Selasa, 18 Desember 2007

Robot Juga Manusia

Dipublikasikan di Jawa Pos 29 Juli 2006,
Kolom Prokon Aktivis Tema : Pimnas dan Karya Ilmiah Mahasiswa


KAMPUSKU yang terbaik, begitulah kiranya jargon yang diusung setiap mahasiswa yang berlaga di PIMNAS XIX Universitas Muhammadiyah Malang. Ternyata, slogan ini tidak terlihat pada lomba-lomba yang diikuti oleh masing-masing perwakilan perguruan tinggi, tetapi lebih terlihat pada adu siapa stan terbaik. Parameter stan terbaik biasanya dinilai dari desain dan tata ruang tempat memamerkan produk-produk karya mahasisiwa, tetapi sekarang mahasiswa lebih jeli melihat kalau ternyata stan terbaik adalah stan yang ramai dikunjungi.

Setiap stan menawarkan berbagai produk lokal yang notabene berasal dari tangan kreatif para mahasiswa. Hampir sama, trik yang dipakai oleh banyak perguruan tinggi untuk meramaikan stan miliknya. Selain menggiring (memaksa) pengunjung untuk masuk ke stan, salah satu cara yang masih dianggap cukup efektif dalam menarik pengunjung adalah dengan mendemokan produk. Setelah dicermati dari sekian banyak demo produk, ternyata stan yang punya produk robot lah yang selalu ramai didatangi atau bahkan dikerumuni oleh banyak pengunjung. Paling tidak pengunjung yang berjalan akan menghentikan langkahnya ketika melihat barang mati itu hidup dan bergerak. Paling tidak itulah yang tergambar pada sebagian besar pengunjung stan ITS ketika demo robot di PIMNAS XIX UMM.

Robot, istilah yang sangat familiar di tengah-tengah masyarakat kita. Begitu terdengar kata robot, yang pertama kali terpikirkan oleh kita adalah mainan anak, bentuknya menyerupai manusia dan bisa bergerak-gerak. Tidak ada yang salah dengan gambaran kebanyakan orang ini, karena kita semua pernah menjalani masa kanak-kanak atau bagi yang tidak pernah bermain dengan barang yang satu ini minimal pernah membelikan anak, cucu, atau anak tetangga untuk hadiah ulang tahunnya.

Paradigma bahwa robot hanya dikonsumsi oleh anak-anak juga akan segera berakhir. Ternyata banyak orang dewasa yang masih terheran-heran kenapa mobil mainan bisa berjalan menyusuri garis putih atau berdecak kagum ketika melihat sebuah mainan berjalan menyusuri dinding tanpa tersentuh olehnya dan dengan cepat mendatangi sumber api dan mematikanya.

Robot ternyata punya arti yang berbeda bagi orang teknik. Yang jelas, makhluk mati yang bisa berperilaku seperti layaknya makhluk hidup dapat disebut sebagai robot. Anggapan bahwa robot hanya sekedar mainan anak-anak akan sirna manakala seseorang sudah masuk ke dalam dunia teknik. Mahasiswa jurusan teknik elektro tanpa malu lagi membongkar kardus isi mainan yang telah lama tersimpan di gudang atau minimal tidak sungkan ketika berbelanja di toko mainan anak untuk membeli mainan sebagai bahan baku tugas kuliahnya.

Masih segar ingatan kita di tahun 2001 tentang heroisme tim robot B-Cak (PENS-ITS) ketika mewakili Indonesia di ajang NHK Robocon 2001 (Kontes Robot di Jepang) yang berhasil menampar muka Jepang yang terkenal sebagai rajanya teknologi. Bagaimana tidak, Indonesia yang pada waktu itu diundang sebagai tamu beserta negara-negara techno seperti amerika, prancis, cina dan beberapa negara lainnya di ajang perlombaan yang diikuti oleh seluruh perguruan tinggi di Jepang itu, dan Indonesia…., sekali lagi Indonesia... (bukan Jepang, Cina, Korea, Amerika) yang keluar menjadi yang terbaik di ajang tahunan tersebut. Saat itu seluruh media di Jepang ramai membicarakan kekalahan negaranya atas mantan negara jajahan mereka. Sampai sampai Pemerintah Jepang khusus mengirimkan peneltinya untuk melakukan penelitian terhadap kendaraan tradisional yang dipakai oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia yang kebetulan namanya dipakai oleh tim robot ITS di ajang kontes robot tersebut. Lalu kemanakah robot B-Cak sekarang, konon katanya disimpan di salah satu museum terkenal di Jakarta.

Kekaguman dan keterpukauan masyarakat kita tentang fenomena robot di negeri ini ternyata masih belum cukup mampu menggugah para pemegang regulasi, para pemilik dompet tebal, dan yang si empunya media untuk memberikan stimulus bagi perkembangan dunia robotika di Indonesia. Jika perkembangan IPTEK di Indonesia harus terus merangkak karena lambatnya respon dari pihak yang berwenang, bisa jadi apa yang selama ini dihasilkan oleh para mahasiswa kita hanya mejadi penghias di laboratorium atau hasil penelitian selama berbulan-bulanpun hanya sekedar menjadi tumpukan buku di rak perpustakaan.

Kalaupun robot yang menjadi korbannya dan andaikata robot bisa bicara, maka yang pertama kali dicerca adalah para mahasiswa creator robot yang tidak kreatif karena tidak pernah meng-utak-atik dan memilih menyimpan di lemari hingga berdebu karena berhentinya proyek ataupun malah mahasiswa yang terlalu kreatif juga kena cerca karena meng-kanibal komponen-komponen pada robot untuk dijadikan bahan baku proyek robot yang lain karena keterbatasan dana. Kedua adalah perusahaan-perusahaan yang sedikit sekali tingkat kepercayaannya terhadap mahasiswa, sehingga banyak proyek yang jatuh ketangan makelar-makelar proyek tanpa bisa dicicipi secara utuh oleh mahasiswa. Ketiga adalah pemerintah yang ternyata memilih untuk diam seribu bahasa ketika ditanya tentang minimnya dana pendidikan. Keempat adalah media yang memberikan porsi entertainment (hiburan) secara berlebihan dibanding porsi edutainment (pendidikan) yang seadanya. Dan akhirnya kalau kesemua hal diatas kita sadari sebagai sebuah masalah, berarti kita semua telah sepakat kalau robot itu juga manusia.

Adnan Rachmat Anom Besari, sekretaris umum Uswah Student Center, ketua tim Robot aL-Ashry (PENS-ITS), juara I Kontes Robot Cerdas Indonesia 2006, narasumber e-Lifestyle MetroTV: "Robot Cerdas Karya Lokal" (e-mail: moozle554@yahoo.com)


Bismillah, aku mulai menulis

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT. yang sampai detik ini masih menyalakan iman di hati ini, menguatkan azam untuk memberikan yang terbaik dari umur yang tersisa dan berharap malaikat menuliskan amal ini sebagai persembahan terbaik di hari pertemuan nanti.

"Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya." (al Anbiya : 94)